Hasil pertama sony disuruh nulis sendiri🤣.
Berontak, tidak mau, nangis ga henti.
Reaksiku?
Kudiamkan aja🤣.
Hari pertama dia ngambek sampai malam.
Kubiarkan aja dia duduk , tetap suruh nulis sambil kasih tau kalo sudah selesai boleh main hape.
Kali ini tetap sama,
Kubiarkan aja, ku kasih tau, kalo siap nulis boleh main hape.
kali ini tidak pakai nangis.
Sepertinya dia tau kalau strategynya tidak mempan padaku🤣.
Tetap berulang kali saya kasih tau.
"Siap nulis ini, boleh main hape"
Akhirnya dia nulis sendiri siap.
Setelah itu aku mengajarinya untuk mengumpulkan hasil kerjaannya.
Hari ini tumben nurut🤣.
Anak anak autis sekalipun kalau kita mengajarinya dengan sabar dan berulang kali, dia tetap akan mengerti.
Jangan terlalu berharap dia mengerti kita.
Tetapi kitalah yang harus memahami anak autis.
Berapa hari lalu saya dipanggil Kepsek Sony karena belum membayar tunggakan spp sudah berapa bulan.
Memang lagi ada masalah keuangan berat saya minta waktu. Biarlah denda saya bayar saya bilang ke kepsek. Namun Kepsek memberi keputusan kalau tidak lunas sampai akhir bulan ini, Sony tidak usah masuk sampai bisa melunasi spp.
Yah, apa boleh buat.
Selama ini.
Sony kalau pulang selalu saya periksa catatan, peer dan semuanya.
Setip, pensil, penggaris pada berhilangan.
Sampai saya sudah malas bilang ke guru.
Kemudian, buku juga hilang.
terkadang buku , peralatan sekolah temennya juga mampir ke tas Sony.
Saya yakin itu juga Sony tidak mengerti. Namun semua ini menjadi jelas mengapa bisa begitu.
Sewaktu pembicaraan dengan Kepsek, dia menekankan bahwa satu kelas cuma ada satu guru.
Jadi tidak bisa mengawasi semua.
Padahal, awal mendaftar kelas dua, saya sudah bertanya jelas kepada gurunya, yang sudah tidak tau itu yang mana, saya bertanya dengan baik baik. "Ibu, ini Sony Autis , nanti kelas dua SD bagaimana?. dia.pasti ga tau gimana ke toiletnya, berhubung tidak pernah sekolah offline selama 3 tahun."
"Oh, tenang aja ibu, kita ada guru pendamping dikelas buat ngurusin anak anak yang mau ke toilet, nanti diajari"jawab ibu guru tersebut.
"Oh, kalau begitu ya sudah, nanti saya daftarin kelas dua SD kembali disini, " karena sebenarnya Sony sekolah sini sudah dari PG. Saya mau pindah juga malas karena rasanya sudah terbiasa.
Tapi begitu masuk kelas offline, semua berubah. Awal awal materi pelajaran masih dibagikan di grup Whatsapp kelas ,lama kelamaan tidak dibagi lagi dengan alasan anak anak jadi malas menyatat.
Lha, jadi bagi anak yang memang agak lambat bagaimana?.
Sejak itu makin banyak temennya yang pindah sekolah karena merasa tidak guna sekolah disini, tidak ada perkembangan. dan saya masih bertahan.
Saya juga masih sabar dengan sadar tau kalai anak saya autis dan saya tidak bisa berharap banyak dari semua.
Dan pada finalnya saya di panggil kepsek, ternyata guru pendamping itu memang tidak ada dari awal, jadi buat apa saya daftar sekolah disini? Saya bertanya sendiri.dalam hati. Saya malas berdebat karena saya merasa itu tidak akan membawa perubahan, karena saya melihat sendiri teman Sony yang autis mulai pindah sekolah. Saya cuma bisa bersabar karena memang saya lagi ada masalah keuangan.
Yah, dalam pembicaraan dengan Kepsek.
Sony dilaporkan suka mencoret2. Kalau itu tentu saya tau, tetapi kalau saya dikasih tau, kemudian apa.harus saya yang dikelas buat menertibkan anak anak itu?, apa saya yang harus mengajari anak saya tidak boleh ini dan itu sedangkan orang tua saja tidak diperbolehkan disekolah selama jam pelajaran.
Buku catatan, latihan semua dicoret, jadi saya harus bagaimana? , sedangkan saya tidak bisa hadir dikelas saat jam pelajaran, akhirnya saya sabar tulis dibuku baru mulai dari awal lagi.
Saya menjadi bingung, maunya Kepsek ini apa,
Apakah dia sama sekali tidak tau anak autis itu bagaimana?
Kalau memang tidak sanggup mengajari anak autis, mengapa Sony diterima, padahal dari awal tau Sony itu anak autis, karena dari awal masuk sekolah juga sudah saya tanyakan.
Apakah guru guru tida punya rasa belas kasihan bagi orang tua yang jelas ekonomi pas pasan membayar semua biaya buku, spp dan biaya adm dan ini dan itu, hanya untuk dikasih tau kalau mereka tidak sanggup mendidik anak yang agak berbeda dari anak normal, kalau begitu kenapa diterima?
Saya bertanya tanya dalam hati, bagaimana dan harus bagaimana.
Sony memang autis, tapi anaknya penurut sebenarnya, karena autis dia kurang bisa komunikasi, tapi Sony anak yang baik, jarang mengamuk, jarang lasak seperti anak autis lainnya. masih termasuk bisa dikasih tau.
Namun jujur selama sekolah , Sony mulai sakit sakitan, badan semakin kurus, mimisan dan bolak balik flu dan demam.
Akhirnya saya ambil keputusan untuk mengakhiri semuanya. Biarlah dia berhenti dulu sekolah dan saya berupaya mencari biaya theraphy dulu untuk dia.
Mengingat biaya theraphy bukannya murah karena saya pernah memakai jasa mereka beberapa kali, sejam 100 ribu. belum termasuk biaya ini dan itu.
100 ribu itu gaji harian suami saya, jadi kalau saya kasih theraphy kami makan apa?
Benar benar hari yang membangongkan😑
Komentar
Posting Komentar